KONSTRUKSI
KEBUDAYAAN ISLAM PRA ISLAM DAN MASA NABI
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas dari dosen semester I
Mata Kuliah:
Sejarah
Peradapan Islam
Oleh :
Muhamad azimatillah
Fathul Huda
Dosen pengampu :
Moh.Ifan
Fahmi, M.Pd.I
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM AT-TAHDZIB
JURUSAN TARBIYAH PRODI MENEJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
REJOAGUNG
NGORO JOMBANG
KATA PENGANTAR
Bismilla
hirrokhmanirrikhim.
Puji syukur kehadirat Allah swt yang maha
pengasih lagi maha penyayang, ata segala rahmat,taufiq serta hidayah Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telelah di
tentukan.
Dimulai dari niat yang tulus di dalam menjalankan
kewajiban, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan, meskipaun penulis sadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, disebabkan keterbatasan keilmuan dan pengetahuan penulis.Maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Penulis ucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu yang senantiasa memberikan arahan dan bimmbingan kepada penulis.
Dalam hal ini peulis tidak dapat membberikan imbalan suatu apapun, hanya
iringan do’a JAZAKUMULLAHU KHAIRATI WASA’ADATID DUN YA WAL
AKHIRAH. Amin.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang membaca.Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa sebelum
Islam, khususnya kawasan jazirah Arab, disebut masa jahiliyyah. Julukan semacam
ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya moral masyarakat Arab khususnya
Arab pedalaman (badui) yang hidup menyatu dengan padang pasir dan area
tanah yang gersang. Mereka pada umumnya hidup berkabilah. Mereka berada dalam
lingkungan miskin pengetahuan. Situasi yang penuh dengan kegelapan dan
kebodohan tersebut, mengakibatkan mereka sesat jalan, tidak menemukan
nilai-nilai kemanusiaan, membunuh anak dengan dalih kemuliaan, memusnahkan
kekayaan dengan perjudian, membangkitkan peperangan dengan alasan harga diri
dan kepahlawanan. Suasana semacam ini terus berlangsung hingga datang Islam di
tengah-tengah mereka. Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada
waktu itu sama sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya
Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah
misalnya pada waktu itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini
diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di
persimpangan jalan penghubung jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari
Yaman ke Syiria. Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam
merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak
ada satu pun peristiwa di dunia yang terlepas dari konteks historis dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu peristiwa dengan peristiwa
lainnya terdapat hubungan yang erat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk
hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra Islam
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana keadaan
kebudayaan, bangsa Arab sebelum islam ?
2.
Bagaimana
keadaan sosial, kebudayaan, ekon bangsa Arab pada masa Nabi ?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah makalah ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui keadaan kebudayaan bangsa Arab sebelum islam
2. Mengetahui keadaan kebudayaan bangsa Arab pada masa Nabi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keadaan Kebudayaan Bangsa Arab Sebelum Islam
Secara diakronik
perkembangan suatu kebudayaan merupakan kesinambungan dari kebudayaan
sebelumnya. Kemajuan Barat merupakan kelanjutan dari kejayaan kebudayaan Arab.
Dan kemajuan kebudayaan Arab berhutang budi terutama kepadakebudayaan
Yunani.Kebudayaan, di samping merupakan refleksi dari upaya manusiamenyesuaikan
diri dengan lingkungan alam, juga bagian dari respon atas kebudayaanlain yang
ada di sekitarnya.Oleh karena itu mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa pra
Islam di kawasanyang kemudian menjadi wilayah imperium Islam, dapat membantu
memahami bagaimana pembentukan kebudayaan Islam terjadi; dan apa pengaruh
kebudayaan praIslam terhadap kebudayaan Islam.
Suku-Bangsa Arab
Secara genealogis
seluruh suku-bangsa Arab merupakan keturunan dari Adnandan Qahthan. Para
sejarawan sepakat bahwa Qahthan adalah nenek moyang sukuArab Yaman. Sedangkan
Adnan adalah nenek moyang suku Arab Hijaz dan Najd.Pada perkembangannya,
suku-suku Arab Yaman banyak yang bermigrasi ke hijaz,Syam, Iraq, Oman dan
kawasan pantai teluk Persia. Suku Aus dan Khazraj, keturunanAzd cabang dari
Kahlan, menempati Madinah; Ghassan, juga dari keturunan Azdcabang dari Kahlan
membangun kerajaan di Syam dibawah kekuasaan politik Byzantium-Romawi;
Bujailah menempati kawasan Bahrain; Judzaimah di Oman; danBani Lakhm berkuasa
di kawasan Iraq.Hingga menjelang kedatangan Islam mayoritas penduduk semenanjung
Arabadalah suku-suku Arab. Kawasan Hijaz dan Najd didominasi keturunan Adnan,
danwilayah Yaman, Oman dan kawaan di sepanjang pantai Teluk Persia menjadi
basisketurunan Qahthan. Etnik minoritas yang tinggal di semenanjung Arab saat
itu adalah beberapa suku Yahudi yang menetap di Madinah, Khoibar dan
Yaman.Suku-suku Arab di Iraq merupakan etnik minoritas yang berbaur dengan
etnik Persia dan penduduk lokal Iraq. Demikian pula suku-suku Arab yang
bertempat-tinggal di Syam merupakan etnik minoritas diantara orang orang Romawi
dan penduduk lokal.
Peta Politik
Wilayah Timur Tengah
dan Teluk Persia merupakan kawasan politik palingdinamis sejak abad kuno hingga
masa pra Islam. Kawasan ini menjadi panggung politik yang menampilkan
perebutan kekuasaan paling spektakuler. Di Iraq pernah berdiri kekuatan
Besar: Babylonia, Assyiria, Akkad. Iran menyumbangkan Sasanid-Persia. Iskandar
Agung membawa bendera Yunani. Romawi Barat berbasis di Italia.Dan Romawi Timur
berbasis di Bizantium, yang sekarang bernama Istanbul Turki.Menjelang
kedatangan Islam ada tiga kekuatan politik yang masih berjaya dikawasan ini,
yaitu dua kekuatan besar: Persia dan Romawi Timur atau Konstantinopel
B. Islam Pada Masa Nabi Muhammad
Kondisi bangsa arab sebelum
kedatangan islam, terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan penyembahan
berhala sebagai Tuhan. Yang dikenal dengan istilah paganisme. Selain menyembah
berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah agama Masehi(Nasrani),
agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di samping itu juga
agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah,
serta agama Majusi, yaitu agama orang-orang persia.
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April 571 M.
Ketika itu Raja Yaman Abrahah dengan gajahnya menyerbu Mekah untuk
menghancurkan Ka’bah. Sehingga tahun itu dinamakan Tahun Gajah. Beliau telah
menjadi yatim piatu ketika berumur delapan tahun, dan beliau diasuh oleh kakek
dan pamannya, Abdul Muthalib dan Abu Thalib. Pada umur 12 tahun Nabi Muhammad
sudah mengenal perdagangan, sebeb pada saat itu beliau telah diajak berdagang
oleh paman beliau, Abu Thalib ke Negeri Syam. Dari pengalamannya berdagang,
maka setelah beranjak dewasa, beliau ingin berusaha berdagang dengan membawa
barang dagangan Khadijah, seorang saudagar wanita yang pada akhirnya menjadi
istri beliau.
Fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau bertahannus atau menyepi di
Gua Hira, sebagai imbas keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang
menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu yang pertama, yang
berupa surat Al-‘Alaq 1-5. Dengan wahyu yang pertama ini, maka beliau telah
diangkat menjadi Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad belum
diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya, namun setelah turun wahyu kedua,
yaitu surat Al-Mudatsir ayat 1-7, Nabi Muhammad saw diangkat menjadi Rasul yang
harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad dibagi menjadi dua periode,
yaitu :
a. Periode Mekah, ciri pokok dari periode ini adalah
pembinaan dan pendidikan tauhid(dalam arti luas)
b. Periode Madinah, ciri pokok dari
periode ini adalah pendidikan sosial dan politik(dalam arti luas)
c. Periode Mekah
Pada periode ini, tiga tahun pertama
dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai
melaksanakan dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau
sendiri, yaitu Khadijah, yang menerima dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak beliau. Di samping
itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar yang
terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun(orang-orang yang lebih dahulu masuk
islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin Abi
Waqqash, Abdur Rahmanbin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarhah,
dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan markas untuk
berdakwah(rumah Arqam). Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-Hijr, nabi
Muhammad saw memulai dakwah secara-terang-terangan.
Dalam menyebarkan agama islam, Nabi
Muhammad melakukannya dengan tiga cara, yaitu:
a.
Rahasia.
Pada tahapan ini Nabi menyempaikannya hanya pada kalangan keluarganya sendiri
dan teman dekatnya.
b. Semi Rahasia. Beliau menyebarkan Agama Islam dalam
ryang lingkup yang lebih luas, termasuk Bani Muthalib dan Bani Hasyim.
c.
Terang-Terangan(Demonstratif).
Nabi dalam berdakwah secara terang-terangan ke segenap lapisan masyarakat, baik
kaum bangsawan maupun hamba sahaya.
Dakwah yang disampaikan Nabi ini mendapatkan penolakan
masyarakat Quraisy dalam berbagai cara. Penolakan tersebut diantaranya:
a. Lunak. Cara ini dilakukan dengan menyebar propaganda.
Bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pembohong, penjahat, dan juga pembuat
perpecahan di kalangan bangsa arab dan lainnya
b. Semi Lunak. Yaitu dengan membujuk
Nabi Muhammad untuk menghentikan dakwah islamiyah
c. Kasar/Keji. Yaitu dengan melakukan
penyiksaan atau penganiayaan baik secara fisik maupun nonfisik
Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw tidak
mudah karena mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul
karena beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
1.
Bidang
Politik Kekuasaan. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthali.
2. Sosial (persamaan derajat sosial).
Nabi muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
3. Agama dan Keyakinan. Para pemimpin
Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat
4. Budaya. Taklid kepada nenek moyang
adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi
mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama islam
5.
Ekonomi.
Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.
Sebab utama Rasulullah bersama para sahabat melakukan
hijrah ke Madinah, yaitu :
1. Perbedaan iklim di kedua kota mempercepat dilakukannya
hijrah. Iklim Madinah lembut dan watak rakyatnya yang tenang sangat mendorong
penyebaran dan pengembangan agama islam. Sedangkan kota Mekah sebaliknya.
2. Nabi-Nabi umumnya tidak dihormati di negara-negaranya
sehingga Nabi Muhammadpun tidak diterima oleh kaumnya sendiri
3. Tantangan yang nabi hadapi tidak sekerasa di Mekkah.
Dalam periode ini, pengembangan islam lebih ditekankan
pada dasar-dasar pendidikan masyarakat islam dan pendidikan sosial
kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar
masyarakat islam di Madinah, sebagai berikut:
a. Mendirikan Masjid
Tujuan Rasulullah mendirikan masjid ialah untuk
mempersatukan umat islam dalam satu majelis, sehingga di majelis ini umat islam
bisa bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah secara teratur, mengadili
perkara-perkara dan musyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah islamiyah.
b.
Mempersatukan
dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin
Rasulullah saw mempersatukan keluarga-keluarga islam
yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Dengan cara mempersaudarakan kedua
golongan ini, Rasulullah saw telah menciptakan suatu pertalian yang berdasarkan
agama pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
c.
Perjanjian
saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan muslimin
Nabi Muhammad saw hendak menciptakan toleransi
antargolongan yang ada di madinah, oleh karena itu Nabi membuat perjanjian
antara kaum mus;limin dan nonmuslimin.
Menurut Ibnu Hisyam, isi perjanjian tersebut antara
lain sebagai berikut :
1. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik
2. Kebebasan beragama terjamin untuk
semua umat
3. Adalah kewajiban penduduk Madinah,
baik muslim maupun nonmuslim, dalam hal moril maupun materiil. Mereka harus
bahu membahu menangkis semua serangan terhadap kota mereka(Madinah)
4. Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah.
Kepada beliaulah dibawa segala perkara dan perselisihan yang besar untuk
diselesaikan
d.
Meletakkan
dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Ketika masyarakat islam terbentuk maka diperlukan
dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru terbentuk tersebut. Oleh
karena itu, ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan dalam periode ini terutama
ditujukan kepada pembninaan hukum. Ayat-ayat ini kemudian diberi penjelasan oleh
Rasulullah, baik dengan lisan maupun dengan perbuatan beliau sehingga terdapat
dua sumber hukum dalam islam, yaitu Al-Quran dan hadis.
Dari kedua sumber hukum islam tersebut didapat suatu
sistem untuk bidang politik, yaitu sistem musyawarah. Dan untuk bidang ekonomi
dititikberatkan pada jaminan keadilan sosial, serta dalam bidang
kemasyarakatan, diletakkan pula dasar-dasar persamaan derajat antara masyarakat
atau manusia, dengan penekanan bahwa yang menentukan derajat manusia adalah
ketakwaan.
e. Mengadakan perjanjian dengan seluruh penduduk Madinah,
baik yang sudah masuk islam maupun yang belum masuk islam. Perjanjian ini
dikenal dengan “Piagam Madinah”, yang berisi undang-undang dikenal dengan
konstitusi Madinah. Konstitusi ini secara garis besar menyangkuit masalah-masalah
yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia, yaitu:
1.
Bidang
Politik. Dalam piagam Madinah menerapkan sistem Musyawarah
2.
Bidang
Keamanan. Seluruh warga negara berhak mendapat keamanan dan kemerdekaan
3.
Bidang Sosial. Nabi meletakkan dasar
persamaan di antara manusia
4.
Bidang
ekonomi. Nabi saw menerapkan sistem yang dapat menjamin keadilan sosial
5. Bidang keagamaan. Hak beragama
dijamin, namun harus memiliki sikap toleransi terhadap kegiatan-kegiatan
keagamaan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau penduduk kota madinah.
Adapun penjabaran dari piagam ini yang dijadikan
sebagai dasar dalam membina masyarakat islam yang baru dibentuk Rasulullah saw,
meliputi beberapa prinsip, yaitu:
a. Al-Ukhuwah. Ukhuwah ini meliputi Ukhuwah Basyariyah,
Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiya.
b. Al-Musawa.
Semua penduduk memiliki kedudukan yang sama dan setiap warga masyarakat
memuliki hak kemerdekaan, kebebasan, dan yang membedakan hanyalah ketakwaannya
c. At-Tasamuh.
Umat Islam siap berdamping secara baik dengan semua penduduk termasuk Yahudi
serta bebas melaksanakan ajaran agama dan harus memiliki sikap toleransi
d. Al-Ta’awun. Semua penduduk harus
saling tolong menolong dalam hal kebaikan.
e. Al-Tasyawur. Jika ada persoalan
dalam Negara, harus melakukan musyawarah
f. Al-‘Adalah. Berkaitan erat dengan hak dan kewajiban
setiap individu dalam kehidupan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara sosiologis, bangsa Arab sebelum Islam merupakan
bangsa yang hidup secara kesukuan. Mereka hidup berpindah-pindah. Hal ini
disebabkan kondisi geografis yang tidak mendukung, seperti model tanah yang
tandus, berbatu, padang pasir luas serta beriklim panas dan jarang turun hujan.
Dalam keadaan semacam ini, wajar jika mereka memiliki watak keras, suka
berperang, merampok, berjudi, berzina, sehingga terkesan jauh dari nilai-nilai
moral-kemanusiaan. Demikian ini seakan-akan menjadi tradisi masyarakat Arab sebelum
Islam. Keadaan semacam inilah yang meniscayakan zaman tersebut disebut zaman
jahiliyyah
Perkembangan Islam di masa Nabi
sungguh sangat cepat, itu dikarenakan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Namun yang terpenting adalah perilaku Rasulullah yang sangat terpuji. Dan ini
sebuah realitas yang ada saat itu sampai sekarang perilaku atau akhlak beliau
masih terasa di dalam qalbu kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan, Abul. 2008. Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW. Yogyakarta:
Mardhiyah Press.
Musyawarah guru PAI. 2008. Modul Hikmah Membina Kreatifitas dan
Prestasi. Akik Pustaka
Syaikh Shafiyyurahman.
2007. Sirah Nabawiyah. Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR
Yatim, Badri. 2000. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada